» » Mengendalikan Amarah

Mengendalikan Amarah

Penulis By on September 8, 2014 | No comments

Setiap manusia di muka bumi ini pasti pernah marah. Tahukah Anda, bahwa marah adalah salah satu senjata syetan untuk membinasakan manusia. Dengan cara inilah syetan dapat dengan mudah mengendalikan manusia. Karena ketika seseorang sedang marah, orang itu bisa dengan mudah mengucapkan nama binatang apa saja, berkata kotor, mencaci-maki, bahkan main tangan yang seharusnya tidak perlu dilakukan.

Karena marah pula, manusia bisa merusak semua yang ada di sekitarnya. Ketika seseorang marah, apa yang ada disekitarnya atau di hadapannya bisa menjadi sasaran untuk melampiaskan kemarahannya tersebut. Misalnya dia bisa membanting piring, lempar gelas, pukul kanan-pukul kiri, bahkan sampai ke tindak pembunuhan.

Meskipun orang tersebut sudah melampiaskan kemarahannya, tentu saja permasalahannya tidak selesai sampai disini. Masih ada yang namanya balas dendam dari pihak yang dimarahi atau orang yang menjadi sasaran atas kemarahannya tersebut. Anda bisa bayangkan, betapa banyak kerusakan yang ditimbulkan karena marah.

Menyadari hal ini, maka dari itu Islam sangat menekankan kepada kita umat manusia untuk berhati-hati ketika dilanda amarah. Banyak motivasi yang diberikan Rasululloh SAW agar manusia tidak mudah terpancing amarah. Diantaranya, beliau menjanjikan melalui sabda ringkasnya, “Jangan marah, bagimu surga”. (HR. Thabrani dan dinyatakan shahih dalam kitab shahih At Targhib No. 2749). Allahu akbar, jaminan yang sungguh luar biasa. Jaminannya Surga, coy…

Maka dari itu, agar kita tidak terjerumus ke dalam dosa yang lebih besar, ada beberapa cara untuk mengendalikan amarah yang diajarkan dalam Al Qur'an dan Sunnah. Semoga bisa menjadi obat mujarab bagi kita semua ketika sedang marah.

Berikut 5 cara mengendalikan amarah yang diajarkan dalam Al Qur'an dan Sunnah:

- Pertama
Segera memohon perlindungan kepada Allah SWT dari godaan syetan, dengan membaca ta’awudz. Karena sumber marah berasal dari syetan, sehingga godaannya bisa diredam dengan memohon perlindungan kepada Allah SWT.

- Kedua
Diam dan menjaga lisan. Kecenderungan orang marah adalah karena berbicara tanpa aturan. Sehingga bisa jadi dia bicara sesuatu yang mengundang murka Allah. Karena itulah diam merupakan cara mujarab untuk menghindari timbulnya dosa yang lebih besar. Sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Rasulullah, bersabda “Jika kalian marah, diamlah.” (HR. Ahmad dan Syuaib Al-Arnauth menilai Hasan lighairih).

- Ketiga
Mengambil posisi lebih rendah. Kecenderungan orang marah adalah ingin selalu lebih tinggi dan lebih tinggi. Semakin dituruti, maka dia semakin ingin lebih tinggi. Dengan posisi lebih tinggi, dia bisa melampiaskan amarah sepuasnya. Karena itulah, Rasulullah memberikan saran sebaliknya. Agar marah ini diredam dengan mengambil posisi yang lebih rendah dan lebih rendah.

- Keempat
Ingatlah hadist ini ketika marah. Dari Muadz bin Anas Al-Juhani, Rasulullah bersabda, “Siapa yang berusaha menahan amarahnya, padahal dia mampu meluapkannya, maka dia akan Allah panggil  dihadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, sampai Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dia kehendaki”. (HR. Abu Daud, Turmudzi, dan dihasankan Al-Albani).

- Kelima
Segera berwudhu. Marah dari syetan, dan syetan tercipta dari api. Padamkan dengan air yang dingin. Terdapat hadist dari Urwah As-Sa'di yang mengatakan, "Sesungguhnya marah itu dari syetan, dan syetan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya berwudhu". (HR. Ahmad 17985 dan Abu Daud 4784).

Itulah ke 5 cara mengendalikan amarah yang diajarkan dalam Al Qur'an dan Sunnah, semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang mampu mengendalikan amarah. Amiin...
Sikap Dalam Memaafkan
Seiring dengan perkembangan realita, perkembangan yang komplex membentuk pribadi yang kian berbeda, berbagai karakter pun muncul, ada orang yang mudah untuk memaafkan dan ada pula orang yang susah untuk memaafkan. Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman tentang agama dan kesiapan untuk menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari pun sangat beragam. Meskipun banyak orang mungkin berkata mereka telah memaafkan seseorang yang menyakiti mereka, namun perlu waktu lama untuk membebaskan diri dari rasa benci dan marah dalam hati mereka. Sikap mereka cenderung menampakkan rasa marah itu. Di lain pihak, sikap memaafkan orang-orang beriman adalah tulus. Karena mereka tahu bahwa manusia diuji di dunia ini, dan belajar dari kesalahan mereka, mereka berlapang dada dan bersifat pengasih. Lebih dari itu, orang-orang beriman juga mampu memaafkan walau sebenarnya mereka benar dan orang lain salah
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya